Di era digital, teknologi memiliki peran ganda dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Di satu sisi, teknologi dapat menjadi alat bantu bagi korban, seperti aplikasi perlindungan, hotline daring, serta platform untuk mencari informasi tentang hak-hak korban. Teknologi juga mempermudah korban untuk melaporkan kasus kekerasan tanpa perlu bertemu langsung dengan pihak berwenang.
Namun, teknologi juga bisa menjadi ancaman. Pelaku KDRT dapat menggunakan perangkat teknologi untuk mengontrol, memantau, atau mengintimidasi korban, seperti melalui penguntitan daring (cyberstalking), kontrol media sosial, atau pelacakan lokasi. Oleh karena itu, penting bagi korban untuk memahami cara melindungi privasi digital mereka serta memanfaatkan teknologi secara aman dalam mencari bantuan.
